Jakarta, Selasa 2 Oktobebr 2018
- Majelis hikmah alawiyah bekerja
sama dengan Prodi Pendidikan Agama Islam, Universitas Negeri Jakarta,
menyelenggarakan sebuah acara Diskusi Ilmiah yang mengangkat tema “Moderasi
Islam dalam Thariqah Alawiyah”. Acara terebut diselenggarakan di Gedung Ki
Hajar Dewantara – lantai 9 Universitas Negeri Jakarta, dilaksanakan pukul 10.00
sampai dengan pukul 12.00.
Acara Diskusi Ilmiah ini dibuka pada Pukul 10.00 oleh Duta Fakultas Ilmu
Sosial sebagai Master of Ceremony. Kemudian pukul 10.04 dilaksanakan
pelantunan lagu Indonesia Raya, yang di nyanyikan oleh semua orang yang berada
di sana, pembacaan tilawah oleh salah satu Mahasiswa prodi PAI (Pendidikan
Agama Islam) yaitu Ridwan Arifin Shoheh pada pukul 10.07.
Pembacaan Tilawah Al - qur'an |
Pada pukul 10.13, acara dilanjutkan dengan Sambutan dari Wakil Dekan 1, Dr.
Umasih, M.Hum. beliau mewakili bapak kepada dekan yaitu bapak Muhammad Zid. Setelah
sambutan, perwakila dari hikmah majelis alawiyah meminta waktu untuk
menjelaskan apa itu hikmah majelis alawiyah dan juga menampilkan video profile
nya.
Pukul 10.35, K.H Rusydi sebagai moderator bersama dengan bapak Dr. Abdul
Fadil sebagai pembicara materi pertama mulai manaiki panggung. Bapak Dr. Andul
Fadil menjelaskan materi tentang “Moderasi Islam di Indonesia, Akar Sejarah,
Pengalaman, dan Tantangan Kekinian”. Dimateri ini pembicara menjelaskan tentang
sejarah masuknya Islam ke Indonesia yang awal mula nya berasal dari bangsa Arab
khususnya Hadramaut, dikarenakan dulu masyarakat Arab sudah lama menetap di
Indonesia dan menyebarkan Agama Islam, lalu mereka kembali ke Hadramaut untuk
mengembangkan budaya Indonesia di Hadramaut.
Setelah para ulama dari Hadramaut kembali ke Indonesia, mulai terjadi
penyebaran Agama Islam besar – besaran khususnya cara yang paling berpengaruh
adalah melalui akulturasi budaya. Budaya – budaya peninggalan nenek moyang
terdahuolu, di akulturasi di masukan nilai – nilai ajaran Islam dan cara
tersebut sangat amat kreatif. Sehingga pada saat ini, banyak tradisi – tadisi didaerah
yang sangat Islami, dikarenakan para ulama terdahulu paham betul bagaimana cara
mengumpulkan masyarakat, dan mengenalkan Islam secara efektif.
Materi Pertama |
Pemaparan Materi pun selesai, dan dibukalah sesi tanya jawab. Ada seseorang mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa arab yang bertanya mengenai tradisi tahlilan yang dikatakan merupakan tradisi dari akulturasi budaya Agama Hindu terdahalu. Namun hal tersebut dijawab oleh Dr. Abdul Fadil dengan singkat dan jelas, bahwasanya kita harus memahami apa itu tahlilan, tahlil itu kan kalimat “Laa ilaha illallah” dimanapun banyak orang yang melakukan tahlilan, yang menjadi pembeda hanyalah adat nya saja.
Kemudian datanglah pembicara lainnya yaitu para Habaib yang diundang oleh
hikmah majelis alawiyah. Yang pertama yaitu pembicara Materi Kedua Habib Alwi
bin Ahmad bin Syihabuddin, dan yang kedua yaitu pembiacara Materi Ketiga yang
merupakan pengganti dari pembicara utama kita diacara tersebut yaitu Habib Alwi
Bin Abdullah Alaydrus, karena pada mulanya pembicara di materi ini adalah
Syaikh Sami bin Jamaal Al Kuhaali yang berasal langsung dari Hadtamaut.
Para Pemateri acara Diskusi Ilmiah |
Materi kedua pukul 11.00, Habib Alwi bin Ahmad bin Syihabuddin menjelaskan lebih detail mengenai Thariqah Alawiyah. Dikatakan bahwasanya ada lima perkara yang merupakan sifat dari thariqah alawiyah, jika ada orang yang memiliki lima perkara tersebut mereka sudah termasuk dalam Thariqah Alawiyah sadar ataupun tidaknya oeang tersebut. Lima perkara ini adalah Ilmu, Amal, Ikhlas, Khauf, dan Waro. Dikatakan bahwasanya jika Allah mencintai seorang hamba, maka akan dikenalkan hamba tersebut dengan ilmu. Jika orang memiliki ilmu, maka orang tersebut tidak akan menjadi ekstrim. Kemudian dikaitkan oleh amal, ilmu yang dipelajari tidak akan berguna tanpa adanya amal. Karena hasil dari ilmu seseorang adalah saat dia mengerjakan atau meninggalkan ilmu tersebut.
Perkara yang ketiga adalah khauf, yaitu rasa takut kepada Allah. Jika seseorang
sudah memiliki sifat khauf, orang tersebut akan lebih menjalankan ibadahnya
dengan benar dan meninggalkan hal – hal yang dilarang dikarenakan takut kepada
Allah. Sifat khauf ini pun menghantarkan seseorang kepada perkara yang terakhir
yaitu waro. Waro itu adalah kehati – hatian akan perkara yang halal
dikawatirkan dapat menjadi haram. Sehingga hal – hal yang halal tersebut jika
kita khawatir akan menjadi haram, kita meninggalkannya karena sifat waro.
Dilanjutkan oleh pemateri ketiga yaitu Habib Alwi bin Abdullah Alaydrus
pada pukul 11.30, pemateri berkata bahwa pada saat ini kita mulai bingung harus
belajar dimana dan kepada siapa. Nabi Muhammad SAW dulu sudah pernah mewanti –
wanti akan hal tersebut, dan jawabannya adalah satu jalan yang berada ditengah.
Thariqah alawiyah ini berjalan ditengah, mengikuti orang – orang terdahulu,
orang – orang yang menjauh dari fitnah, dan sangat menjaga diri dari bahaya
fitnah. Mereka ini mengucapkan sesuatu dengan benar dan tidak memecah belah. Dan
merekapun berusaha untuk menyatukan orang – orang yang masih berucap “Laa ilaha
illallah”.
Pada saat ini pun sudah banyak orang yang keluar dari madrsah, dikarenakan
adanya kelemahan orang – orang yang mendidik. Saat ini banyak disusupi
pemikiran – pemikiran barat dalam pengajaran agama. Sehingga membuat islam saat
ini ternodai dengan muslim itu sendiri dengan orang – orang garis keras. Hal
ini membuat orang kafir memanfaatkan hal tersebut, mereka merangkul orang –
orang garis keras ini agar menodai agama islam. Kenapa hal tersebut bisa
terjadi? Karena kini umat islam sudah kurang minatnya dalam membaca. Kita ini
adalah umat yang diperintahkan untuk membaca, tetapi kita sendiri yang sudah
meninggalkan hal tersebut. Padahal jika kita rajin membaca, maka kita akan tau
apa yang dikatakan Rasulullah pada zaman dahulu, yang akan membuat kita pada
saat ini tidak akan menodai islam.
Pada dasarnya Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan, maupun perdebatan,
karena Islam hanya mengajarkan kita untuk saling mencintai. Nabi melarang kita
untuk melakukan perdebatan, karena agama islam itu luas, janganlah kita
mempersempit hal yang luas itu hanya dengan apa yang ada di akalmu saja. Dan tidak
ada paksaan sedikitpun didalam agama ini. Jika agama kita saja seperti itu,
mengapa kita harus memaksakan pendapat kita sendiri? Letakkanlah pendapatmu dan
hargailah pendapat orang lain, karena hal tersebut lebih baik.
Setelah selesainya materi yang disampaikan oleh ketiga pembicara, kemudian
ditutup oleh moderator K.H Rusydi. Acara selanjutnya adalah penyerahan plakat
yang diberikan oleh Dr. Andy Hadiyanto kepada para pembicara.
Pemberian Palakat kepada Habib Alwi bin Ahmad Syihabuddin |
Pemberian Plakat kepada Habib Alwi bin Abdullah Alaydrus |
Pemberian Plakat kepada Dr. Abdul Fadil |
Foto bersama para pembicara |
Setelah pembagian plakat sudah diberikan, maka selesai pula acara tersebut
pada hari ini. Duta Fakultas Ilmu Sosial sebagai Master of Ceremony pun
kembali untuk menutup acara tersebut dan membubarkan para peserta.
No comments:
Post a Comment