Aliansi Indonesia Damai atau yang lebih dikenal dengan AIDA mengadakan
sebuah seminar sehari pada Hari Kamis, 1 November 2018. Seminar tersebut
diadakan di Universitas Negeri Jakarta, lebih tepatnya di Gedung Ki Hajar
Dewantara Lt.9. Acara tersebut berjudul “Beajar dari Rekonsiliasi Korban dan
Mantan Pelaku Terorisme”.
Acara seminar ini dilaksanakan pukul 08.00 – 12.00 WIB. Dilaksanakan oleh
AIDA bekerja sama dengan BEM Prodi Pendidikan Agama Islam. Di Moderatori oleh
Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam yaitu Bapak Dr. Abdul Fadhil, M.A. Keynote
Spech nya adalah Bapak Imam B. Prasodjo selaku Sosiolog Universitas Indonesia.
Narasumber yang diundang pada acara ini adalah Hasibullah Satrawi selaku
Direktur AIDA, kemudian ada Dr. Ramdhoni, M.Pd selaku Dosen Fakultas Ilmu
Sosial UNJ, dan narasumber utama nya adalah Bapak Ali Fauzi, Mantan pelaku terorisme,
dan Ni Luh Erniati yaitu Keluarga Korban Bom Terorisme di Bali.
Bapak Ali Fauzi sebagai seseorang yang pernah mempunyai pengalaman sebagai
teroris, membagikan ceritanya mengenai kenapa beliau saat itu bisa menjadi
teroris, bagaimana hidupnya selama menjadi teroris, dll. Pak Ali pun
menceritakan berbagai kejadian saat beliau bagian tubuhnya terkena bom, sampai
bagian tubuhnya itu keluar, dan bagaimana beliau melakukan pertolongan pertama
untuk dirinya sendiri. Ternyata para teroris itu diajarkan cara cara bermiliter
dan juga cara untuk merakit bom.
Hidup yang di alami para teroris pun sangat berat. Tidak ada kedamaian
didalam dirinya. sampai akhirnya tertangkap polisi, dari situ Pak Ali mulai sadar
akan kesalahannya. Berawal pada saat beliau sakit dan diantarkan oleh polisi
untuk berobat dan dirawat oleh polisi tersebut, bermula dari situ Pak Ali pun
sadar bahwa masa iya orang yang baik begini adalahj orang yang pantas dimusuhi.
Sampai akhirnya Pak Ali dipindah kan ke Indonesia dan dipertemukan oleh orang –
orang yang terkena bom. Pak Ali pun semakin sadar akan kesalahan nya dahulu.
Dan dikarenakan beberapa faktor lainnya, akhirnya Pak Ali Fauzi pun
bertaubat. Dia sudah tidak menjadi teroris lagi dan bergabung dengan Aliansi
Indonesia Damai. Pak Ali pun sekarang sedang melanjutkan kuliah S3 nya. Beliau pun
sudah mengakui dirinya cinta NKRI. Dan sekarang beliau sering menjadi pembicara
di seminar untuk membagi pengalaman hidupnya.
Kemudian kita akan membahas Narasumber yang merupakan keluarga korban Bom
Bali pada tahun 2002. Ibu Ni Luh Erniati merupakan seorang istri yang suaminya
meninggal terkena Bom Bali. Kehidupan Ibu Erniati sangat berubah drastis
semenjak kejadian tersebut. Dikarenakan Bu erniati hanyalah seorang ibu rumah
tangga yang tidak bekerja dan tidak mempunyai keahlian khusus, dan hanya
bergantung dari penghasilan suaminya.
Pada saat kejadian Bom Bali, suami ibu Erniati sedang bekerja, kebetulan
tempat bekerja suaminya itulah yang dibom oleh para Teroris. Ibu Erniati pada
saat itu masih berharap agar suaminya pulang, ibu Erniati mengharapkan bahwa
suaminya pada saat itu bisa berlindung melarikan diri. Sampai berbulan bulan
lamanya, DNA sang suami pun ditemukan dan dinyatakan sebagai salah satu korban
Bom Bali.
Kesedihan yang dirasakan oleh Ibu Erniati beserta dua anaknya sangat tidak
terbendung. Dan Ibu Erniati pun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menguatkan dirinya sendiri. Sampai akhirnya Ibu Erniati membuka usaha jahit
bersama dengan para istri – istri yang suami nya meninggal pada saat Bom Bali. Namun,
anak kedua Ibu Erniati yang dahulu baru berumur 1,5 tahun pada saat umurnya 9
tahun kembali menanyakan keberadaan ayahnya, hal itu seperti membuka luka lama
ibu Ernati. Dan akhirnya anak ibu Ernati baru diberikann pengertian bahwa
ayahnya sudah meninggal pada saat kejadian Bom Bali.
Kemudian Ibu Ernati diminta untuk bergabung dengan Aliansi Indonesia Damai.
Disitulah Ibu Ni Luh Ernati selaku Korban kejadian Bom Bali, bertemu dengan
Bapak Ali Fauzi yaitu Mantan pelaku Terorisme yang juga salah satu penyebab
kejadian tersebut. Ibu Ernati pun belajar menerima akan semua kejadian yang
telah lalu. Dan tidak bisa menyalahkan bapak Ali Fauzi dikarenakan Ibu Ernati
pun mengerti bahwa Pak Ali sudah melalui proses
yang panjang sampai bisa bergabung di Aliansi Indonesia Damai ini.
Saat ini Pak Ali Fauzi dan Ibu Ni Luh Ernati sudah berdamai dengan masa
lalunya. Sekarang mereka berdua sudah bisa berteman satu sama lain dan sering
menjadi pembicara didalam satu acara. Hikmah dibalik cerita tersebut adalah setiap
cobaan pasti akan ada hikmahnya, yaitu hal – hal baik yang akan terjadi setelah
kejadian tersebut. Dan janganlah kita menilai orang hanya dari masa lalunya,
karena setiap orang pasti akan berubah dan orang tersebut membutuhkan waktu
yang sangat panjang dan proses yang cukup panjang dalam merubah hidupnya
menjadi lebih baik.
No comments:
Post a Comment